Kamis, 10 Oktober 2013

MENUNGGU KESIAPAN KURIKULUM 2013



MENUNGGU KESIAPAN  KURIKULUM 2013
Oleh
Achmad Junaedi
 Kurikulum 2006 memang sudah berjalan selama 6 tahun. Makanya jika ada keinginan untuk mengubah atau merekonstruksi kurikulum tentu bukanlah sebagai sesuatu yang aneh. Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang sangat lazim di negara manapun. Makanya kalau di negara kita juga terdapat keinginan untuk merekonstruksi kurikulum tentunya bukanlah kejadian yang aneh. 
Sejak negara Republik Indonesia berdiri, tercatat pergantian atau perubahan kurikulum sekolah-sekolah terjadi pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1999, 2006, dan 2013. Usia kurikulum paling pendek ialah dari tahun 1964 yang diganti tahun 1968, hanya empat tahun. Yang paling lama ialah Kurikulum 1952 yang diganti tahun 1964, umurnya 12 tahun. Pergantian kurikulum yang relatif sering itu mencuatkan kesan, “Ganti menteri ganti kurikulum, ganti buku.” 
Ada gelitik yang menarik dari pengalaman saya ketika dalam suatu perjalanan pulang dari pembukaan Porseni tingkat SD/MI di suatu kecamatan di Kota Lumajang, saya beserta teman duduk di tepi jalan, pada saat itu saya melihat ada beberapa anak berseragam SD pulang sekolah,  pada saat itu jam menunjukkan pukul 09,10, karena rasa penasaran saya tanya anak itu “lho koq sudah pulang? Jawab anak itu iya pak saya pulang setiap hari pukul 09.00 karena saya masih kelas satu kata anak itu”, saya dan teman terkejut juga dengan jawaban anak itu, karena saat ini tahun 2013 akan diberlakukan kurikulum 2013, koq masih ada sekolah yang menerapkan kurikulum sewaktu saya masih sekolah di tingkat SD sekitar tahun 1970, saya jadi bergurau dengan teman, biarpun kurikulum berganti tetap saja mereka belajar dengan waktu sesingkat itu.Melihat fakta tersebut akankah kurikulum tetap berganti-ganti?
Setiap pergantian kurikulum, nyaris tidak pernah ada keterangan mengapa kurikulum perlu diganti. Setidaknya alasan itu dibicarakan di kalangan pejabat pengambil keputusan di Kementerian Pendidikan. Namun, alasan itu tidak pernah mengemuka, sehingga masyarakat luas, terutama orang tua murid yang secara langsung mendapat beban tambahan akibat perubahan kurikulum tidak mengetahuinya. Bahkan, ironisnya, para anggota DPR juga tidak pernah terdengar ada yang mempertanyakan mengapa kurikulum diganti dan kemana arah masa depan anak didik atau hari depan bangsa ini akan dibawa. 
Hakikat perubahan kurikulum 2013 adalah pada penajaman kurikulum 2006 tentang kurikulum berbasis kompetensi atau disingkat KBK. Yang berbeda hanyalah pendekatannya saja yang disebut sebagai pendekatan tematik integratif. Di dalam pendekatan baru ini, maka mata pelajaran itu akan diintegrasikan berdasarkan tema-temanya. Disebut sebagai tematik sebab yang ditonjolkan di dalam kurikulum ini adalah tema-tema yang akan dibahas di dalam setiap minggunya. Misalnya satu tema tentang “diri sendiri: jujur, tertib dan bersih” akan di atas selama empat Minggu. Baik yang terkait dengan mata pelajaran matematika, mata pelajaran PPKN, mata pelajaran Bahasa Indonesia, mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan serta mata pelajaran seni, budaya dan desain.            
             Dari sisi ingin merumuskan integrasi antar mata pelajaran, saya kira tidak ada hal yang mengkhawatirkan. Artinya, bahwa memang melalui pendekatan tematik integratif ini, maka akan diperoleh pengetahuan yang komprehensif di dalam memandang masalah secara tematik. Hanya saja saya pernah protes tentang pendekatan tematik integratif yang tidak memasukkan unsur mata pelajaran agama di dalamnya. Setelah ditelisik, ternyata bahwa mata pelajaran agama diberikan otoritas untuk diselenggarakan secara mandiri mengingat bahwa problem agama memang lebih rumit dibandingkan yang lain. Pemberian otoritas kepada mata pelajaran agama didasari oleh kompleksnya aspek teologis, ritual dan aspek doktrinal dan normatif yang memang tidak bisa diintegrasikan.      
            Sebagai salah satu komponen tenaga kependidikan kami sungguh merasakan bahwa melalui pendekatan tematik integratif ini, maka akan didapati satuan-satuan kurikulum yang tidak bertumpu pada mata pelajaran tetapi pada tema yang diajarkan atau dipelajari. Semakin tinggi kelas, maka semakin tinggi kompetensi inti dan kompetensi dasarnya, sehingga akan didapati perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang secara gradasi akan bertambah. Pertambahan tersebut tidak pada kompetensi intinya, akan tetapi pada kompetensi dasar dan indikator-indikatornya. Misalnya, untuk kompetensi inti pada mata pelajaran agama, “menerima dan menjalankan ajaran agamanya”, maka pada kompetensi dasarnya yang semakin meningkat secara gradual. Demikian pula pada indikator-indikatornya.  
             Dilihat dari keinginan untuk merumuskan pendekatan tematik integratif, maka kami menyatakan apresiasi sebab ada keinginan untuk mengembangkan kurikulum yang berbasis pada pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang utuh tanpa keinginan untuk meniadakan mata
Pelajaran yang memang harus ada. Setiap tema tentu akan dapat di atas dari berbagai sudut pandang mata pelajaran. Akan tetapi tentu lalu ada tema-tema yang hanya bisa didekati dengan beberapa mata pelajaran dan tidak semua mata pelajaran. Di dalam konteks ini, maka tentu tidak bisa dipaksakan bahwa setiap mata pelajaran harus terintegratif. Dilihat dari konteks ini, maka pendekatan tematik integratif juga masih membuka peluang untuk terjadinya peluang berbeda.
Namun demikian, yang menjadi kerisauan adalah ketika beberapa mata pelajaran harus dihapuskan, seperti IPA dan IPS yang harus dimasukkan ke dalam mata pelajaran lain secara integratif tersebut. Bagi saya memasukkannya mata pelajaran IPA ke dalam bahasa Indonesia atau mata pelajaran lain tentu akan tetap mengandung kelemahan. IPA, terutama adalah mata pelajaran yang sangat penting di dalam membangun kemampuan penguasaan sains baik di masa sekarang maupun masa Depan. Makanya, ketika ada keinginan untuk menghapuskan mata pelajaran ini, maka ada sejumlah keberatan terutama dari ahli di bidang sains.
Ada sejumlah kritikan bahwa dengan menghapus IPA dan memasukkannya ke dalam mata pelajaran lain, maka akan menghilangkan esensi IPA yang memang harus diajarkan secara optimal. Berdasarkan pengamatan para ahli bahwa dengan menghilangkan IPA di dalam mata pelajaran dan memasukkannya di dalam mata pelajaran bahasa, maka akan terdapat kerumitan untuk menjelaskan konsep-konsep dasar IPA yang memang harus diajarkan tersendiri.
Bolehlah dengan dalih pendekatan integratif maka mata pelajaran IPA juga akan terkena hukum itu, akan tetapi satu hal yang penting adalah bahwa esensi IPA sebagai mata pelajaran tidak bisa direduksi dengan dalih pendekatan tematik integratif. Bolehlah misalnya ketika berbicara tentang “tema keluarga”, maka di situ ada matematikanya, ada biologi nya, ada ilmu sosialnya dan sebagainya, akan tetapi penjelasan tentang konsep IPA tentu harus memperoleh ruang yang memadai.
            Dengan demikian, perubahan kurikulum ini tentunya harus disambut dengan gembira, akan tetapi kita juga tetap harus memberikan ruang untuk mendiskusikan secara tuntas terutama yang menyangkut esensi struktur kurikulum, agar generasi yang akan datang tidak menyalahkan kita bahwa kelemahan kemampuan IPA kita menjadi rendah karena keinginan untuk menerapkan pendekatan integratif yang sesungguhnya sangat baik tersebut
            Kurikulum baru yang akan menggantikan kurikulum lama diyakini lebih baik, namun Kurikulum 2013 yang akan menggantikan kurikulum 2006 belum diuji cobakan agar masyarakat dapat memberikan masukan. Sementara, guru-guru yang akan melaksanakan kurikulum 2013 itu masih akan dilatih dulu. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Kurikulum 2013 sepertinya hanya coba-coba saja terhadap jutaan siswa-siswa sekolah di negeri ini. 
Sangat memprihatinkan, kenyataan tersebut menunjukkan bahwa para ahli yang menjadi pejabat berwenang pengambil keputusan dalam bidang pendidikan, tidak pernah memikirkan anak didik. Semua yang dikedepankan hanya keinginan sendiri atau pendapat sendiri sesuai asumsi atau pendapat yang dimilikinya. 
Kurikulum 2013 yang dibangga-banggakan, akan berapa tahun umurnya? Melihat persiapan yang serba terburu-buru, boleh jadi beberapa tahun ke depan akan ada kurikulum baru yang menggantikannya.
            Belum lagi kalau kita menyimak dari akibat yang di timbulkan dari pemberlakuan kurikulum 2013 akan ada dampak bagi nasib guru-guru yang mengajar Tehnik Informatika, akan dikemanakan mereka, bagaimana nasib Tunjangan profesi mereka ketika mereka tidak lagi dapat mengajar 24 jam mengajar sebagai prasyarat untuk mendapat tunjangan sertifikasi?. Memang mereka akan di beri tugas kepada mapel yang terdekat, tetapi hal itu tidak semudah membalik tangan, apalagi jika dikaitkan derngan keberagaman sumberdaya, intake dan klompleksitas mapel yang akan di pegang oleh guru TI tersebut. Demikian halnya dampak yang terjadi pada guru-guru kelas di tingkat dasar yang akan kekurangan jam mengajar sebagai dampak dari dihapuskan (diintegrasikan) mapel IPA dan IPS, padahal sekarang ini terjadi overload guru di seluruh tingkatan, ini akan membuat pusing dalam pembagian tugas mengajar, sebagai dampak  struktur kurikulum baru tersebut.
            Satu sisi nilai plus dari kurikulum 2013 adalah penajaman dari authentic assessment, sehingga siswa dapat di value dengan tepat akan kemampuan mereka, tidak seperti halnya yang dilakukan selama ini siswa hanya dinilai dari sisi kognitif saja, walaupun ada ranah psikomotor dan afektif, tetapi pada kenyataannya di lapangan guru lebih banyak menilai siswa dari sisi kognitif saja dan sampai saat ini masih terjadi, bahkan yang saya amati penilaian kognitif ini menjadi satu-satunya system penilaian yang dilakukan oleh kebanyakan guru.
            Belum lagi kalau kita membahas kesiapan dari guru dalam hal melaksanakan authentic Assesment, pastilah kemampuan mereka beragam hal ini disebabkan beberapa factor antara lain, LPTK tempat nereka menimba ilmu tidak menyampaikannya, pembinaan guru terkait dengan authentic assessment tidak merata, sarana prasarana tidak tersedia atau pendanaan yang kurang tersedia. Jika permasalahan-permasalahan di atas belum juga teratasi, saya khawatir pelaksanaan kurikulum 2013 akan lewat seperti angin lalu saja, dan akan bernasib sama dengan kurikulum sebelumnya seperti halnya pengalaman penulis pada suatu Kecamatan di atas. 
























































































           
           

Sabtu, 23 Februari 2013

rayuan iblis


JURUS BARU IBLIS MENGGODA LEWAT SAJADAH
oleh
Achmad Junaedi
                Pada suatu hari  menjelang ibadah Jum’at  serombongan iblis datang lebih awal ke masjid masuk melalui segala penjuru arah, seketika di dalam masjid rombongan iblis berubah dengan berbagai bentuk benda-benda yang ada di dalam masjid. Menjelang waktu dzuhur masuk orang-orang mulai berdatangan untuk menunaikan ibadah Jum’at. Sebagian besar jamaah datang dengan niat ikhlas mencari ridlo Allah SWT dan sebagian lagi datang dengan terpaksa karena menjalankan kewajiban, serta sebagian lagi datang dengan niat yang tidak karena Allah. Secara kebetulan iblis Melihat ada dua orang datang bersamaan,  seorang hamba yang ikhlas mencari ridlo Allah dengan  membawa sajadah kecil dan seorang lagi hamba yang tidak ikhlas datang dengan  membawa sajadah besar. Secara kebetulan dua hamba ini duduk di shaf berdampingan dan keduanya segera membentangkan sajadah mereka masing-masing untuk melaksanakan sholat tahiyatul masjid, sampai detik itu iblis belum beraksi untuk menggoda mereka
                Dan ketika sholat Jum’at dimulai maka semua jamaah merapatkan shofnya, secara kebetulan pula dua hamba tadi maju ke shof depannya yang masih kosong dan lagi-lagi pula mereka tetap berdampingan, sejurus kemudian hamba yang membawa sajadah besar telah lebih dulu membentangkan sajadah besarnya sampai melewati setengah hadapan hamba yang membawa sajadah kecil.  Dan akhirnya hamba yang membawa sajadah kecil terpaksa membentangkan sajadah kecilnya menumpang sedikit ke hamba yang membawa sajadah besar, Maka saat itulah iblis bersiap menjalankan aksinya untuk menggoda keduanya.
                Pada roka’at pertama ketika Imam membaca surat Al fatihah dan satu surat hati kedua hamba ini masih khusuk menjalankan sholatnya, tetapi ketika sudah rukuk hamba yang membawa sajadah besar mulai terusik melihat sajadah besarnya tertutup oleh sajadah kecil, maka saat itulah iblis masuk dalam otaknya untuk memerintahkan hamba itu agar menyisihkan sajadah kecil supaya sajadah besarnya tetap terlihat, dan aksi itu dilakukan saat menjelang sujud pertama dan berhasilah dia menyisihkan sajadah kecil tersebut.
                Melihat Sajadah kecilnya disisihkan hamba tadi sontak terkejut, dan berpikir koq ada orang sholat sambil menyisihkan sajadah, maka disaat berpikir seperti itulah iblis merasuk dalam pikirannya, karena hamba tersebut telah tidak khusuk dalam sholatnya. Maka iblispun bersorak gembira karena dua orang tersebut telah tidak khusuk, tetapi bukan iblis namanya kalau membiarkan keduanya kembali dalam sholat khusuk, jadilah iblis bergantian membisikan kepada hamba pembawa sajadah kecil untuk menyisihkan sajadah besar agar terlihat kembali dan aksi tersebut berhasil dilakukan  saat sujud kedua di roka’at pertama.
                Pada Roka’at kedua hamba yang membawa sajadah besar menjadi geram dan berpikir siapa sih orang sebelah ini koq, berani-beraninya menyisihkan sajadah besarnya ?, sebaliknya hamba yang membawa sajadah kecil berpikir pula koq. Ada orang sombong karena merasa bisa membawa sajadah besar dia sudah arogan, padahal dia sengaja membawa sajadah kecil agar sesame jamaah bisa merapatkan shof, dia memang tidak membawa sajadah besar padahal dia juga sudah punya sajadah besar yang lebih bagus darinya dan sajadah itu lebih berharga karena berasal dari pemberian bapak Presiden ketika dia mendapat perhargaan sebagai orang berjasa sesutau terhadap Negara.
Walhasil sepanjang roka’at kedua dua hamba tadi berkecamuk dengan pikirannya masing-masing , tetapi iblis laknatulaah  tidak berhenti begitu saja untuk menggoda keduanya dengan pikiran-pikiran su’udzhun dihati mereka masing-masing. Hingga akhirnya mereka tidak menyadari sampai  ketika imam mengucapkan salam dengan lantang, maka saat itulah keduanya terkejut dan baru menyadari kalau sholat jum’at sudah usai. Maka rusaklah sudah  sholat keduanya, dan iblispun puas dengan hasil kerjanya

PENDIDIKAN HOLISTIK


 PENDIDIKAN HOLISTIK SEBAGAI SUATU HARAPAN
PERBAIKAN KARAKTER BANGSA
Oleh :
Achmad Junaedi
Akhir-akhir ini sekarang kita sering berfikir karena serapan informasi   dari berbagai sumber informasi yang menyuguhkan adanya fenomena keterpurukan bangsa  dalam hampir seluruh segi kehidupan bangsa ini, kita menyaksikan  semakin terpuruknya karakter bangsa ini yang dilakukan oleh hampir seluruh komponen anak bangsa, tidak hanya kita melihat semakin brutal dan vulgarnya kenakalan remaja yang melakukan perbuatan yang terkait dengan hancurnya moral bangsa, mulai dari penggunaan narkoba, seks bebas, tawuran pelajar, pornografi dan pornoaksi, serta info terakhir kita dikejutkan dengan berita pembunuhan yang dilakukan oleh seorang remaja belasan tahun kepada sahabatnya sendiri hanya gara-gara persoalan sepele, yaitu rebutan cewek ,yang sebenarnya bukan waktunya mereka secara financial dan mental mereka perebutkan.
Jika kita mengiventaris bahasa keterpurukan bangsa ini barangkali juga kita sudah terbiasa dengan istilah kenakalan remaja, tetapi saat ini kita juga harus  mulai membiasakan diri untuk mendengar istilah kenakalan orang tua, bahkan dua istilah ini sekarang telah menjadi suatu kelaziman ditelinga kita. Kenakalan orang tua ini sebenrnya lebih dahsyat dari kenakalan remaja, sebab kenakalan orang tua ini jika dibandingkan dengan kenakalan remaja lebih besar dampaknya, betapa tidak para orang tua yang nakal ini di topang financial yang mapan dan terkadang melibatkan kekuasaan yang melekat pada mereka, dan jika di tinjau dari segi negative maka dampaknya lebih besar dan masiv terhadap kerusakan bangsa. Betapa tidak orang tua rata-rata memiliki penghasilan yang mapan untuk melakukan perbuatan nakalnya, secara structural para orang tua nakal ini sebagian melekat pada dirinya memiliki kekuasaan untuk melakukan tindakan penyimpangan, korupsi, kolusi dan nepotisme karena mereka rata rata telah memiliki kemapanan dan jika mereka pejabat maka jabatan-jabatan strategis dapat mendukung atas kenakalannya. Belum lagi kenakalan mereka dalam segi perselingkuhan, mereka  lebih hebat lagi dalam urusan maksiat karena mereka didukung budget yang cukup untuk melakukannya. Kenakalan orang tua ini terkadang didukung dengan argumentasi yang mengadopsi dari pikiran-pikiran liberal, argumentasi mereka ini secara sadar atau tidak dapat diterima dan menjadi suatu cara pola pikir yang diterima dan malah sekarang ini telah menjadi lifestyle kebanyakan orang, bahkan masyarakat kita telah toleran terhadap penyimpangan pikiran pikiran ini.
Apalagi sekarang ini kita sering menggunakan pola berpikir mencari kambing hitam dari penyebab keterpurukan karakter bangsa ini. Kita sering mengkambing hitamkan umur bangsa kita yang masih muda, sehingga kita bersikap wajar-wajar  saja kalau kita disebut Negara berkembang ( baca miskin) dan kita tetap bangga dengan  status itu, sebetulnya perbedaan umur suatu negara tidak dapat dijadikan alasan untuk menentukan maju dan tidaknya suatu bangsa, atau dengan kata lain umur suatu bangsa dijadikan alasan untuk  menentukan kaya atau miskinnya suatu bangsa. Kita dapat melihat sejarah dari bangsa bangsa  lain, seperti Mesir, India dan Thailand, tiga negara ini  jika dilihat dari usia negaranya ketiganya berusia lebih dari dua ribu tahun, tiga negara tersebut juga adalah negara yang dimasa imperialism tidak mengalami penjajahan wilayah secara utuh, tetapi negara negara tersebut belum bisa disebut negara maju atau negara kaya. Jika dibandingkan  dengan Australia, Singapura dan New Zealand mereka adalah negara-negara yang usianya kurang dari seratus tahun, tetapi saat ini mereka termasuk dalam negara-negara maju dan penduduknya kaya.
Sebaliknya jika  dilihat dari sumber daya alam (SDA) negara kita dikenal memiliki SDA yang melimpah sehingga disebut dengan jamrud katulistiwa, Ratna mutu manikam , gemah ripa loh jinawi, dan sederet sebutan manis dan membanggakan kita sebagai manusia yang dilahirkan di negara ini, tetapi kita adalah negara miskin dan sebagian besar penduduknya miskin.
Sebetulnya kita malu dengan saudara tua kita jepang, secara geografis 80%  adalah pegunungan yang tidak menopang untuk pertanian dan peternakan, tetapi jepang mengimpor hasil pertanian dan peternakan serta bahan baku dari hampir semua negara , kemudian diolah dan dijadikan barang jadi yang memiliki nilai tambah tinggi dari bahan mentahnya, dan saat ini Jepang adalah Negara industri yang maju dan kaya. Dengan minimnya SDA yang  dimilikinya  teratasi dengan SDM yang bagus, sehingga mereka menjadi Negara Industri maju dan diperhitungkan dalam menetukan ekonomi dunia.
Swiss Negara kecil di Eropa yang wilayah tidak lebih besar dari satu Kabupaten di pulau jawa, apalagi jika dibandingkan dengan luas satu kabupaten di luar Jawa dan wilayah swiss hanya 11% yang dapat digunakan untuk pertanian selebihnya adalah pegunungan yang dingin dan tertutup es, tetapi saat ini Swiss memiliki produk pertanian yang sangat kita kenal yaitu Merk Nestle, bahkan merk ini memproduksi hasil olahan dari pertanian dan peternakan multi varian yang ada di hampir semua dapur-dapur kita tanpa ada merk lain yang mampu menandinginya. Perbankan Swiss sangat diminati oleh nasabah-nasabah dari luar negeri Swiss, bahkan para koruptor kita sangat percaya dengan Bank-bank Swiss sehingga mereka melarikan dananya disana. Padahal Swiss adalah Negara Eropa yang hampir tidak memiliki Angkatan bersenjata karena sedikitnya jumlah personil tentaranya, tetapi Bank di swiss terkenal dengan keamanannya. Rahasianya adalah seluruh warga Negara Swiss adalah tentara, semua warga negara wajib untuk mengikuti Wajib Militer (Wamil) sehingga di dada mereka selalu terjaga untuk bela Negara.
Apalagi jika kita menyalahkan ras, warna kulit dan keturunan  sebagai penyebab kemiskinan kita, pada kenyataannya di Eropa Imigran-imigran dari Asia dan Afrika adalah orang-orang yang sukses, pelajar pelajar  dan mahasiswa-mahasiswa kita di Eropa dan Amerika mereka adalah termasuk sukses belajar di sana, bahkan kita telah sering mendengar bahwa pelajar-pelajar kita sukses meraih yang terbaik dalam berbagai event seperti olimpiade sains, fisika dan matematika serta robomatika di tingkat  Internasional.
Dari suatu survey yang telah di lakukan terhadap para eksekutif di Negara maju dan Negara berkembang menunjukkan suatu kesimpulan yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara intelegensi para eksekutif Negara Negara maju dengan Negara-negara miskin, artinya tidak perbedaan dalam hal kemampuan berbisnis mereka dalam menjalankan usahanya. Yang menyebabkan perbedaan dalam kemajuan bisnis mereka adalah regulasi peraturan perdagangan dan usaha yang ada di Negara Negara miskin, dalam berbisnis mereka tidak leluasa bergerak karena tidak jelasnya regulasi perdagangan dan kurangnya proteksi dari pemerintahan, lebih lebih lagi banyaknya pungli yang ikut membebani, sehingga menuntut mereka dengan ekonomi biaya tinggi, hal ini akan berakibat pada lemahnya daya saing produk barang dan jasa,   yang akhirnya menjadi bagian dari cost biaya produksi.
Lalu apakah yang menjadi perbedaan kita dengan mereka, kita yang termasuk Negara miskin dengan mereka yang termasuk Negara kaya ?. Ternyata perbedaan itu terletak pada Attitude (sikap dan perilaku). Attitude sebenarnya dapat dibangun melalui  Budaya dan pendidikan, dengan proses yang panjang terprogram dengan melibatkan seluruh komponen bangsa tanpa terkecuali. Hasil data survey tentang attitude sehari hari masyarakat  di negara negara maju dapat disimpulkan bahwa mereka mayoritas memiliki prinsip prinsip dasar kehidupan yang terdiri dari sikap sikap positif seperti :
1.      Beretika tinggi, (contoh kecil di jerman orang tidak boleh bersendawa di depan umum karena itu melanggar hukum)
2.      Jujur dan berintegritas
3.      Bekerja keras
4.      Bertanggung jawab atas pekerjaannya
5.      Menghormati hak orang lain/warga lain
6.      Tepat waktu/menghargai waktu
7.      Mencintai pekerjaannya.
8.      Taat pada aturan hukum dan norma masyarakat
9.      Suka menabung dan berinvestasi

Sikap mengikuti prinsip kehidupan di atas mayoritas di lakukan oleh masyarakat di sana, sedangkan yang melanggar atau tidak melakukan prinsip kehidupan seperti di atas adalah minoritas dari masyarakat, sehingga yang minoritas itu tenggelam oleh mayoritas masyarakat yang melakukan prinsip kehidupannya. Coba kita bandingkan dengan masyarakat di Negara kita tercinta ini, adalah suatu hal yang antagonis, mayoritas masyarakat kita adalah attitudenya rendah, buruk dan sangat berbeda dengan prinsip prinsip kehidupan , sedangkan masyarakat yang attitudenya sesuai dengan prinsip kehidupan adalah minoritas dan akhirnya tenggelam oleh masyarakat yang amburadul, bahkan kalau ada orang yang berusaha teguh menjalankan prinsip kehidupan malah mereka di pandang sebagai orang aneh, dan kalau perlu dicibir dan dikucilkan bahkan ditindas serta di buang dari komunitasnya. Maka untuk memperbaikinya tidak ada jalan lain melalui budaya dan pendidikan, tetapi pertanyaannya adalah budaya dan pendidikan yang bagaimana ?
Dalam Rakernas Majelis Dikdasmen di Depok pada bulan Juni 2011 lalu Muhammadiyah menggagas pendidikan Holistik sebagai satu alternative jawaban terhadap problematika pendidikan di Indonesia. Pendidikan Holistik adalah model pendidikan yang memperbaiki secara bersama-sama  dari komponen pendidikan yang terdiri dari Kurikulum, siswa dan Guru sebagai satu kesatuan terhadap perbaikan system pendidikan, tidak ada dari tiga komponen Pendidikan diatas yang lebih diutamakan tetapi semua adalah utama dan tidak ada yang di nomor duakan. Jika diilustrasikan sebagai lingkaran komponen pendidikan holistic seperti di bawah ini.




Sebenarnya konsep pendidikan Holistik ini dahulu oleh KH. Ahmad Dahlan selaku Pendiri Muhammadiyah  telah ada dan telah dikonsep sebagai pemikiran beliau terhadap  pola dakwah  yang diamalkan  melalui pendidikan diniyah pada awal perjuangannya, konsep pendidikan holistic beliau adalah sebagai berikut :
Menghasilkan santri yang memiliki sifat :
1.      Baik budi alim dalam agama
2.      Luas pandangan alim dalam ilmu-ilmu dunia
3.      Bersedia berjuang untuk kemajuan     masyarakat
Oleh Amir Hamzah Wirjosukarto (1968) pemikiran konsep pendidikan KH. Ahmad Dahlan dirumuskan dalam tiga kata : individualiteit, moraliteit dan sosialiteit.
Pendidikan Holistik yang digagas Muhammadiyah diharapkan memiliki kompetensi lulusan sebagai berikut :
1.      Individualiteit : individu-individu yang seimbang antara kepentingan dunia dan kepentingan akhirat.
2.      Sosialiteit : yang menghidupkan dan menggembirakan semangat ta’awun (tolong menonlong).
3.      Moraliteit : pandangan baik dan buruk membangun etos yang membawa kepada Islam berkemajuan

Rakernas Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah Tahun 2011 mempertegas, filosofi Sekolah Unggul Muhammadiyah  dengan menggariskan visi Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah. Visi tersebut terdapat dalam tiga kata kunci, yakni  Kualitas, Kemandirian dan Ciri Khas. Visi tersebut kemudian dijabarkan dalam rumusan kurikulum dengan komptensi Lima Kualitas Out-PutLima Kualitas Out-Put  dijabarkan ke dalam butir-butir : (A). Kualitas Keislaman, (B). Kualitas Keindonesiaan, (C). Kualitas Keilmuan, (D). Kualitas Kebahasaan, dan (E). Kualitas Keterampilan.
A.    Kualitas Keislaman yang dimaksud adalah Tertib ibadah dan Fasih membaca al-Qur’an dengan target hafal Al-Qur’an :
  • SD/MI    : Juz ‘Amma
  • SMP/MTS : Juz ‘Amma dan Juz Tabarak( Juz 29)
  • SMA/SMK/MA : Juz ‘Amma, Juz Tabarak dan Juz Qad Sami’a (Juz 25 /Juz yang membahas Hak hak Wanita )

B.     Kualitas Keindonesiaan yang dimaksud  adalah bangga sebagai bangsa Indonesia dan Terampil menjadi anggota paskibra, dengan target capaian :
·         Menunjukkan kebiasaan berbahasa Indonesia yang baik dan benar
·         Menunjukkan kebiasaan  bekerja sama dengan teman dan anggota masyarakat dalam kegiatan bersama.
·         Menunjukkan kebiasaan menghargai berbagai perbedaan yang terdapat dalam masyarakat.
·         Aktif dalam kepanduan Hizbul Watan/Pramuka

C.     Kualitas Keilmuan yang dimaksud  adalah :
·         Menunjukkan pemahaman  konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai dengan perkembangan peserta didik.
·         Mempunyai nilai raport untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggeris dan Bahasa Arab minimal 7
·         Siswa mempunyai kesiapan untuk menghadapi Ujian Akhir Nasional dan Ujian Seleksi Mahasiwa Baru.

D.    Kualitas Kebahasaan yang dimaksud  adalah:
·         Menguasai 900 kosa kata Inggris dan Arab yang berkaitan dengan keperluan sehari-hari, untuk tingkat SD/MI.
·          Menguasai 1800 kosa kata kata Inggeris dan Arab serta mampu mempergunakannya dalam percakapan sehari-hari untuk tingkat SMP/MTs.
·         Menguasai 2700 kosa kata Inggeris dan Arab serta kemampuan memperguanakannya dalam bahasa lisan dan tulisan untuk tingkat SMA/MA

E.     Kualitas Keterampilan yang dimaksud  adalah:
·         Mahir menggunakan komputer dan mengakses informasi dari komputer (Internet).
·         Menunjukkan sikap sportif dan santun yang dibangun melalui kegiatan olah raga dan seni.  
Pendidikan holistic ini diharapkan dapat menjadi nafas kehidupan dalam penyelenggaraan pendidikan di seluruh lembaga pendidikan muhammadiyah. Semoga Amiin.