Sabtu, 23 Februari 2013

PENDIDIKAN HOLISTIK


 PENDIDIKAN HOLISTIK SEBAGAI SUATU HARAPAN
PERBAIKAN KARAKTER BANGSA
Oleh :
Achmad Junaedi
Akhir-akhir ini sekarang kita sering berfikir karena serapan informasi   dari berbagai sumber informasi yang menyuguhkan adanya fenomena keterpurukan bangsa  dalam hampir seluruh segi kehidupan bangsa ini, kita menyaksikan  semakin terpuruknya karakter bangsa ini yang dilakukan oleh hampir seluruh komponen anak bangsa, tidak hanya kita melihat semakin brutal dan vulgarnya kenakalan remaja yang melakukan perbuatan yang terkait dengan hancurnya moral bangsa, mulai dari penggunaan narkoba, seks bebas, tawuran pelajar, pornografi dan pornoaksi, serta info terakhir kita dikejutkan dengan berita pembunuhan yang dilakukan oleh seorang remaja belasan tahun kepada sahabatnya sendiri hanya gara-gara persoalan sepele, yaitu rebutan cewek ,yang sebenarnya bukan waktunya mereka secara financial dan mental mereka perebutkan.
Jika kita mengiventaris bahasa keterpurukan bangsa ini barangkali juga kita sudah terbiasa dengan istilah kenakalan remaja, tetapi saat ini kita juga harus  mulai membiasakan diri untuk mendengar istilah kenakalan orang tua, bahkan dua istilah ini sekarang telah menjadi suatu kelaziman ditelinga kita. Kenakalan orang tua ini sebenrnya lebih dahsyat dari kenakalan remaja, sebab kenakalan orang tua ini jika dibandingkan dengan kenakalan remaja lebih besar dampaknya, betapa tidak para orang tua yang nakal ini di topang financial yang mapan dan terkadang melibatkan kekuasaan yang melekat pada mereka, dan jika di tinjau dari segi negative maka dampaknya lebih besar dan masiv terhadap kerusakan bangsa. Betapa tidak orang tua rata-rata memiliki penghasilan yang mapan untuk melakukan perbuatan nakalnya, secara structural para orang tua nakal ini sebagian melekat pada dirinya memiliki kekuasaan untuk melakukan tindakan penyimpangan, korupsi, kolusi dan nepotisme karena mereka rata rata telah memiliki kemapanan dan jika mereka pejabat maka jabatan-jabatan strategis dapat mendukung atas kenakalannya. Belum lagi kenakalan mereka dalam segi perselingkuhan, mereka  lebih hebat lagi dalam urusan maksiat karena mereka didukung budget yang cukup untuk melakukannya. Kenakalan orang tua ini terkadang didukung dengan argumentasi yang mengadopsi dari pikiran-pikiran liberal, argumentasi mereka ini secara sadar atau tidak dapat diterima dan menjadi suatu cara pola pikir yang diterima dan malah sekarang ini telah menjadi lifestyle kebanyakan orang, bahkan masyarakat kita telah toleran terhadap penyimpangan pikiran pikiran ini.
Apalagi sekarang ini kita sering menggunakan pola berpikir mencari kambing hitam dari penyebab keterpurukan karakter bangsa ini. Kita sering mengkambing hitamkan umur bangsa kita yang masih muda, sehingga kita bersikap wajar-wajar  saja kalau kita disebut Negara berkembang ( baca miskin) dan kita tetap bangga dengan  status itu, sebetulnya perbedaan umur suatu negara tidak dapat dijadikan alasan untuk menentukan maju dan tidaknya suatu bangsa, atau dengan kata lain umur suatu bangsa dijadikan alasan untuk  menentukan kaya atau miskinnya suatu bangsa. Kita dapat melihat sejarah dari bangsa bangsa  lain, seperti Mesir, India dan Thailand, tiga negara ini  jika dilihat dari usia negaranya ketiganya berusia lebih dari dua ribu tahun, tiga negara tersebut juga adalah negara yang dimasa imperialism tidak mengalami penjajahan wilayah secara utuh, tetapi negara negara tersebut belum bisa disebut negara maju atau negara kaya. Jika dibandingkan  dengan Australia, Singapura dan New Zealand mereka adalah negara-negara yang usianya kurang dari seratus tahun, tetapi saat ini mereka termasuk dalam negara-negara maju dan penduduknya kaya.
Sebaliknya jika  dilihat dari sumber daya alam (SDA) negara kita dikenal memiliki SDA yang melimpah sehingga disebut dengan jamrud katulistiwa, Ratna mutu manikam , gemah ripa loh jinawi, dan sederet sebutan manis dan membanggakan kita sebagai manusia yang dilahirkan di negara ini, tetapi kita adalah negara miskin dan sebagian besar penduduknya miskin.
Sebetulnya kita malu dengan saudara tua kita jepang, secara geografis 80%  adalah pegunungan yang tidak menopang untuk pertanian dan peternakan, tetapi jepang mengimpor hasil pertanian dan peternakan serta bahan baku dari hampir semua negara , kemudian diolah dan dijadikan barang jadi yang memiliki nilai tambah tinggi dari bahan mentahnya, dan saat ini Jepang adalah Negara industri yang maju dan kaya. Dengan minimnya SDA yang  dimilikinya  teratasi dengan SDM yang bagus, sehingga mereka menjadi Negara Industri maju dan diperhitungkan dalam menetukan ekonomi dunia.
Swiss Negara kecil di Eropa yang wilayah tidak lebih besar dari satu Kabupaten di pulau jawa, apalagi jika dibandingkan dengan luas satu kabupaten di luar Jawa dan wilayah swiss hanya 11% yang dapat digunakan untuk pertanian selebihnya adalah pegunungan yang dingin dan tertutup es, tetapi saat ini Swiss memiliki produk pertanian yang sangat kita kenal yaitu Merk Nestle, bahkan merk ini memproduksi hasil olahan dari pertanian dan peternakan multi varian yang ada di hampir semua dapur-dapur kita tanpa ada merk lain yang mampu menandinginya. Perbankan Swiss sangat diminati oleh nasabah-nasabah dari luar negeri Swiss, bahkan para koruptor kita sangat percaya dengan Bank-bank Swiss sehingga mereka melarikan dananya disana. Padahal Swiss adalah Negara Eropa yang hampir tidak memiliki Angkatan bersenjata karena sedikitnya jumlah personil tentaranya, tetapi Bank di swiss terkenal dengan keamanannya. Rahasianya adalah seluruh warga Negara Swiss adalah tentara, semua warga negara wajib untuk mengikuti Wajib Militer (Wamil) sehingga di dada mereka selalu terjaga untuk bela Negara.
Apalagi jika kita menyalahkan ras, warna kulit dan keturunan  sebagai penyebab kemiskinan kita, pada kenyataannya di Eropa Imigran-imigran dari Asia dan Afrika adalah orang-orang yang sukses, pelajar pelajar  dan mahasiswa-mahasiswa kita di Eropa dan Amerika mereka adalah termasuk sukses belajar di sana, bahkan kita telah sering mendengar bahwa pelajar-pelajar kita sukses meraih yang terbaik dalam berbagai event seperti olimpiade sains, fisika dan matematika serta robomatika di tingkat  Internasional.
Dari suatu survey yang telah di lakukan terhadap para eksekutif di Negara maju dan Negara berkembang menunjukkan suatu kesimpulan yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara intelegensi para eksekutif Negara Negara maju dengan Negara-negara miskin, artinya tidak perbedaan dalam hal kemampuan berbisnis mereka dalam menjalankan usahanya. Yang menyebabkan perbedaan dalam kemajuan bisnis mereka adalah regulasi peraturan perdagangan dan usaha yang ada di Negara Negara miskin, dalam berbisnis mereka tidak leluasa bergerak karena tidak jelasnya regulasi perdagangan dan kurangnya proteksi dari pemerintahan, lebih lebih lagi banyaknya pungli yang ikut membebani, sehingga menuntut mereka dengan ekonomi biaya tinggi, hal ini akan berakibat pada lemahnya daya saing produk barang dan jasa,   yang akhirnya menjadi bagian dari cost biaya produksi.
Lalu apakah yang menjadi perbedaan kita dengan mereka, kita yang termasuk Negara miskin dengan mereka yang termasuk Negara kaya ?. Ternyata perbedaan itu terletak pada Attitude (sikap dan perilaku). Attitude sebenarnya dapat dibangun melalui  Budaya dan pendidikan, dengan proses yang panjang terprogram dengan melibatkan seluruh komponen bangsa tanpa terkecuali. Hasil data survey tentang attitude sehari hari masyarakat  di negara negara maju dapat disimpulkan bahwa mereka mayoritas memiliki prinsip prinsip dasar kehidupan yang terdiri dari sikap sikap positif seperti :
1.      Beretika tinggi, (contoh kecil di jerman orang tidak boleh bersendawa di depan umum karena itu melanggar hukum)
2.      Jujur dan berintegritas
3.      Bekerja keras
4.      Bertanggung jawab atas pekerjaannya
5.      Menghormati hak orang lain/warga lain
6.      Tepat waktu/menghargai waktu
7.      Mencintai pekerjaannya.
8.      Taat pada aturan hukum dan norma masyarakat
9.      Suka menabung dan berinvestasi

Sikap mengikuti prinsip kehidupan di atas mayoritas di lakukan oleh masyarakat di sana, sedangkan yang melanggar atau tidak melakukan prinsip kehidupan seperti di atas adalah minoritas dari masyarakat, sehingga yang minoritas itu tenggelam oleh mayoritas masyarakat yang melakukan prinsip kehidupannya. Coba kita bandingkan dengan masyarakat di Negara kita tercinta ini, adalah suatu hal yang antagonis, mayoritas masyarakat kita adalah attitudenya rendah, buruk dan sangat berbeda dengan prinsip prinsip kehidupan , sedangkan masyarakat yang attitudenya sesuai dengan prinsip kehidupan adalah minoritas dan akhirnya tenggelam oleh masyarakat yang amburadul, bahkan kalau ada orang yang berusaha teguh menjalankan prinsip kehidupan malah mereka di pandang sebagai orang aneh, dan kalau perlu dicibir dan dikucilkan bahkan ditindas serta di buang dari komunitasnya. Maka untuk memperbaikinya tidak ada jalan lain melalui budaya dan pendidikan, tetapi pertanyaannya adalah budaya dan pendidikan yang bagaimana ?
Dalam Rakernas Majelis Dikdasmen di Depok pada bulan Juni 2011 lalu Muhammadiyah menggagas pendidikan Holistik sebagai satu alternative jawaban terhadap problematika pendidikan di Indonesia. Pendidikan Holistik adalah model pendidikan yang memperbaiki secara bersama-sama  dari komponen pendidikan yang terdiri dari Kurikulum, siswa dan Guru sebagai satu kesatuan terhadap perbaikan system pendidikan, tidak ada dari tiga komponen Pendidikan diatas yang lebih diutamakan tetapi semua adalah utama dan tidak ada yang di nomor duakan. Jika diilustrasikan sebagai lingkaran komponen pendidikan holistic seperti di bawah ini.




Sebenarnya konsep pendidikan Holistik ini dahulu oleh KH. Ahmad Dahlan selaku Pendiri Muhammadiyah  telah ada dan telah dikonsep sebagai pemikiran beliau terhadap  pola dakwah  yang diamalkan  melalui pendidikan diniyah pada awal perjuangannya, konsep pendidikan holistic beliau adalah sebagai berikut :
Menghasilkan santri yang memiliki sifat :
1.      Baik budi alim dalam agama
2.      Luas pandangan alim dalam ilmu-ilmu dunia
3.      Bersedia berjuang untuk kemajuan     masyarakat
Oleh Amir Hamzah Wirjosukarto (1968) pemikiran konsep pendidikan KH. Ahmad Dahlan dirumuskan dalam tiga kata : individualiteit, moraliteit dan sosialiteit.
Pendidikan Holistik yang digagas Muhammadiyah diharapkan memiliki kompetensi lulusan sebagai berikut :
1.      Individualiteit : individu-individu yang seimbang antara kepentingan dunia dan kepentingan akhirat.
2.      Sosialiteit : yang menghidupkan dan menggembirakan semangat ta’awun (tolong menonlong).
3.      Moraliteit : pandangan baik dan buruk membangun etos yang membawa kepada Islam berkemajuan

Rakernas Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah Tahun 2011 mempertegas, filosofi Sekolah Unggul Muhammadiyah  dengan menggariskan visi Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah. Visi tersebut terdapat dalam tiga kata kunci, yakni  Kualitas, Kemandirian dan Ciri Khas. Visi tersebut kemudian dijabarkan dalam rumusan kurikulum dengan komptensi Lima Kualitas Out-PutLima Kualitas Out-Put  dijabarkan ke dalam butir-butir : (A). Kualitas Keislaman, (B). Kualitas Keindonesiaan, (C). Kualitas Keilmuan, (D). Kualitas Kebahasaan, dan (E). Kualitas Keterampilan.
A.    Kualitas Keislaman yang dimaksud adalah Tertib ibadah dan Fasih membaca al-Qur’an dengan target hafal Al-Qur’an :
  • SD/MI    : Juz ‘Amma
  • SMP/MTS : Juz ‘Amma dan Juz Tabarak( Juz 29)
  • SMA/SMK/MA : Juz ‘Amma, Juz Tabarak dan Juz Qad Sami’a (Juz 25 /Juz yang membahas Hak hak Wanita )

B.     Kualitas Keindonesiaan yang dimaksud  adalah bangga sebagai bangsa Indonesia dan Terampil menjadi anggota paskibra, dengan target capaian :
·         Menunjukkan kebiasaan berbahasa Indonesia yang baik dan benar
·         Menunjukkan kebiasaan  bekerja sama dengan teman dan anggota masyarakat dalam kegiatan bersama.
·         Menunjukkan kebiasaan menghargai berbagai perbedaan yang terdapat dalam masyarakat.
·         Aktif dalam kepanduan Hizbul Watan/Pramuka

C.     Kualitas Keilmuan yang dimaksud  adalah :
·         Menunjukkan pemahaman  konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai dengan perkembangan peserta didik.
·         Mempunyai nilai raport untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggeris dan Bahasa Arab minimal 7
·         Siswa mempunyai kesiapan untuk menghadapi Ujian Akhir Nasional dan Ujian Seleksi Mahasiwa Baru.

D.    Kualitas Kebahasaan yang dimaksud  adalah:
·         Menguasai 900 kosa kata Inggris dan Arab yang berkaitan dengan keperluan sehari-hari, untuk tingkat SD/MI.
·          Menguasai 1800 kosa kata kata Inggeris dan Arab serta mampu mempergunakannya dalam percakapan sehari-hari untuk tingkat SMP/MTs.
·         Menguasai 2700 kosa kata Inggeris dan Arab serta kemampuan memperguanakannya dalam bahasa lisan dan tulisan untuk tingkat SMA/MA

E.     Kualitas Keterampilan yang dimaksud  adalah:
·         Mahir menggunakan komputer dan mengakses informasi dari komputer (Internet).
·         Menunjukkan sikap sportif dan santun yang dibangun melalui kegiatan olah raga dan seni.  
Pendidikan holistic ini diharapkan dapat menjadi nafas kehidupan dalam penyelenggaraan pendidikan di seluruh lembaga pendidikan muhammadiyah. Semoga Amiin.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar